B. Indonesia

Pertanyaan

cerita narasi tentang botol ajaib

1 Jawaban

  • Tema : Semangat/ Kerja Keras
    Tokoh :

    a.Abu Nawas :Memiliki watak yang cerdik, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha untuk mengerjakan sesuatu walaupun terkadang hal itu aneh, tidak mungkin dan sulit dilakukan.

    b.Baginda Raja : Memiliki watak yang licik.selalu berusaha menjatuhkan abu nawas dengan ide-ide dan perintah-perintah anehnya terhadap abu nawas, namun walaupun demikian, abu nawas selalu saja memecahkan masalah yang dihadapinya.
    Latar :

    Latar tempat :Rumah Abu Nawas, Istana Baginda Raja, Jalan

    Latar suasana : Tegang.
    Alur :

    Menggunakan Maju karena dicerikan mulai dari awal hingga akhir permasalahan.
    Sudut penceritaan :

    Orang ketiga (pihak penulis), karena cerita tidak secara langsung terjadi namun ada pihak ketiga yang menceritakan kisah tersebut.
    Gaya Bahasa :

    Majas Personifikasi pada kata “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan. Dan pada “Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda. Serta pada Abu Nawas “menggondol sepundi penuh uang emas”
    Dalam cerita tersebut, majas yang dominan digunakan bahkan terhadap semua kata yang menggunakan majas adalah majas Personifikasi yaitu majas dengan sifat seolah-olah menurunkan sifat benda hidup terhadap benda Mati.

    Amanat :
    Jangan berputus asa menghadapi suatu masalah
    ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan,maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri bahwa kita tak mampu melakukannya namun berusahalah untuk mengerjakannya karena selama kita mau berusaha, kita insya Allah dapat menyelesaiakan masalah itu, seperti yang dilakukan oleh Abu nawas.

    Jangan mencoba menjatuhkan seseorang dengan akal licik dan curang
    Kita tidak boleh memiliki sifat seperti raja yang selalu berusaha menjatuhkan Abu nawas dengan akal licik dan curang. Karena sesungguhnya itu akan merugikan kita sendiri.
    Jangan sewena-wena dengan jabatan.
    Kita tidak boleh memiliki sifat seperti baginda Raja yang seenaknya memerintah seseorang untuk melakukan hal-hal aneh yang sebenarnya jika dipikir secara logis tidak mungkin dilakukan, memerintahkan hal yang aneh dengan maksud curang terhadap seseorang karena merasa dirinya memiliki kewenangan sebagai seorang raja.

Pertanyaan Lainnya