Rangkuman pattimura angkat senjata
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban gumantinr
Rangkuman Pattimura angkat senjata
Jawaban
Pembahasan
Perang Saparua pada tahun 1817 di Ambon merupakan perlawanan rakyat Ambon yang dipimpin oleh Thomas Matulesi (Pattimura).
Pembahasan
Perang Saparua Maluku berawal dari kegiatan monopoli di Maluku pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang semakit ketat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Ditambah lagi terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, sementara itu para pemuda akan dikumpulkan untuk dijadikan tentara di luar Maluku. Suatu ketika Belanda memesan perahu orambai kepada nelayan, tetapi setelah selesai Belanda tidak mau membayar perahu itu. Residen Saparua Van den Berg menolak tuntutan rakyat atas pembayarannya.
Para tokoh dan pemuda Maluku mengadakan pertemuan rahasia seperti di Pulau Haruku, pada tanggal 14 Mei 1817 di Pulau Saparua dan diambil keputusan untuk melawan dengan Thomas Matulessy sebagai pemimpin. Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Para pejuang Maluku kemudian menuju Benteng Duurstede. Dalam perang itu pasukan Belanda dipimpin oleh Residen van den Berg. Sementara dari pihak para pejuang dipimpin oleh para tokoh lain seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.
Residen dapat dibunuh dan Benteng Duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang Maluku. Kemudian Belanda mendatangkan bantuan dari Ambon dipimpin oleh Mayor Beetjes. Pasukan ini dikawal oleh dua kapal perang yakni Kapal Nassau dan Evertsen. Namun bantuan ini dapat digagalkan oleh pasukan Pattimura, bahkan Mayor Beetjes terbunuh. Selanjutnya Pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Pasukan Belanda memperkuat pertahanan benteng di bawah komandannya Groot. Pattimura gagal menembus Benteng Zeelandia. Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari Batavia untuk merebut kembali Benteng Duurstede. Bulan Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede jatuh kembali ke tangan Belanda.
Pada bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap seperti Kapitan Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu) yang kemudian dijatuhi hukuman mati. Belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1.000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap. Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon. Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhirnya juga tertangkap. Ia tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Dikisahkan bahwa di dalam kapal Christina Martha Tiahahu mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut antara Pulau Buru dan Pulau Tiga.
Kesimpulan
Perang Saparua pada tahun 1817 di Ambon merupakan perlawanan rakyat Ambon yang dipimpin oleh Thomas Matulesi (Pattimura). Perang ini berawal dari kegiatan monopoli Belanda terhadap rakyat Ambon yang sangat ketat. Gerakan awal Pattimura adalah menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Kemudian Pattimura berhasil menguasai Benteng Duurstede. Tetapi Pattimura gagal menguasai Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Bulan Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede jatuh kembali ke tangan Belanda. Pasukan Pattimura terpecah belah dan mulai bergerilya dalam melawan Belanda. Pattimura dibantu oleh Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina. Pada bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap seperti Kapitan Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu) yang kemudian dijatuhi hukuman mati. Belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1.000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap. Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon. Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhirnya juga tertangkap. Ia tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Dikisahkan bahwa di dalam kapal Christina Martha Tiahahu mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut antara Pulau Buru dan Pulau Tiga.
Pelajari lebih lanjut
Tentang Kapitan Pattimura, dapat dilihat di: https://brainly.co.id/tugas/13810530
-----------------------------
Detil Jawaban
Kelas: XI
Pelajaran: Sejarah Indonesia
Bab: Perang Melawan Kolonialisme dan Imperialisme (bab 2)
Kode kategorisasi: 11.3.2
Kata kunci: Perang melawan Penjajahan Kolonial Belanda, Perang Saparua, Pattimura